Setelah kekalahan telak dalam derbi melawan Atletico Madrid, Xabi Alonso kini menghadapi ujian terberat sejak mengambil alih kursi pelatih Real Madrid. Ia bukan hanya dituntut memperbaiki performa di lapangan, tapi juga mengubah mentalitas tim yang disebut sudah terlalu nyaman dengan budaya lama. Dengan laga besar melawan Barcelona dan Liverpool di depan mata, Alonso kini berada dalam tekanan besar untuk membuktikan arah baru Los Blancos.
Krisis Identitas Setelah Derbi Madrid
Kekalahan 5-2 dari Atletico bukan sekadar kehilangan poin—hasil itu memperlihatkan celah dalam karakter dan semangat tim. Bagi klub sebesar Real Madrid, kekalahan semacam ini mengguncang fondasi kebanggaan mereka.
Menurut laporan The Athletic, ruang ganti Madrid seusai pertandingan penuh ketegangan. Pemain senior menegur pemain muda karena dianggap kurang disiplin, sementara Alonso menggelar rapat tertutup dengan staf pelatih untuk meninjau bukan hanya kesalahan teknis, tapi juga dinamika internal tim. Pihak manajemen pun mulai melihat bahwa persoalan di Madrid tak lagi sebatas taktik, tapi menyentuh akar budaya dan sistem di dalam klub.
Meski performa mereka sedikit membaik di La Liga dan Liga Champions, Real Madrid masih jauh dari stabil. Dua laga ke depan melawan Barcelona dan Liverpool akan menjadi penentu seberapa kuat Alonso dalam memulihkan fondasi tim yang sempat goyah.
Pergulatan di Era Tanpa Pemimpin Senior
Salah satu tantangan terbesar Alonso adalah kekosongan kepemimpinan. Dalam satu dekade terakhir, sosok seperti Modric, Kroos, Nacho, dan Carvajal menjadi panutan di ruang ganti. Kini, hanya Carvajal yang tersisa untuk memikul beban itu sendirian.
Skuad muda Madrid memang energik, tapi belum punya figur dominan yang mampu menjaga stabilitas mental tim. Valverde tampil disiplin namun pendiam, Tchouameni masih belajar peran sebagai pemimpin, dan Bellingham baru mulai menapaki tanggung jawab yang besar. Sementara Mbappe, bintang terbesar di skuad, disebut masih berjuang untuk menyesuaikan diri dengan dinamika ruang ganti Madrid.
Di sisi lain, Vinicius Junior dikabarkan berselisih dengan klub terkait perpanjangan kontrak. Ia menolak tawaran gaji baru karena merasa pantas menjadi pemain dengan bayaran tertinggi. Konflik ini disebut bukan lagi soal uang, melainkan tentang pengakuan status di dalam klub.
Perang Budaya di Valdebebas
Alonso datang membawa misi besar: menghapus kebiasaan lama yang dianggap menghambat perkembangan klub. Di kompleks latihan Valdebebas, ia memperkenalkan standar baru soal disiplin dan etos kerja. Tidak ada lagi perbedaan antara pemain bintang dan pemain muda.
“Dia bukan pelatih yang hanya memberi instruksi dari pinggir lapangan,” ungkap seorang staf tim. “Alonso ikut turun tangan di latihan, memperlihatkan bahwa setiap pemain harus berjuang dari dasar.”
Namun, membentuk budaya baru di klub sebesar Real Madrid bukan tugas mudah. Alonso menghadapi tantangan membangun kedisiplinan di tengah tim yang terbiasa hidup dengan ekspektasi kemenangan instan. Sejumlah sumber internal menyebut tantangannya mirip seperti “mengubah mobil balap menjadi mesin kerja kolektif.”
Selain mengubah mental tim utama, Alonso juga memberi perhatian serius pada pengembangan pemain muda. Ia menilai Spanyol membutuhkan sistem kompetisi seperti liga U-21 di Inggris untuk menjembatani pemain muda menuju level profesional. “Kita kehilangan terlalu banyak pemain potensial di antara fase akademi dan senior,” ujarnya.
Ujian Nyata di Depan Mata
Kemenangan tipis atas Juventus memberi sedikit kelegaan, namun dua laga berikutnya akan menjadi tolok ukur sejati bagi Alonso. El Clasico dan laga tandang ke Anfield akan memperlihatkan apakah perubahan yang ia tanam benar-benar mulai berakar, atau sekadar wacana sementara.
Jika gagal menunjukkan konsistensi, bayangan krisis bisa kembali menghantui Real Madrid. Namun bila berhasil melewati fase ini, Alonso berpeluang menegaskan dirinya sebagai arsitek generasi baru Los Blancos—sebuah tim yang tak hanya berbakat, tapi juga berkarakter.
Proyek Xabi Alonso di Madrid bukan sekadar tentang formasi atau taktik. Ini adalah upaya membangun ulang identitas klub dengan budaya kerja keras, tanggung jawab, dan kebersamaan. Dalam beberapa pekan ke depan, dunia akan melihat apakah Real Madrid benar-benar siap memasuki era baru di bawah komando Alonso.
Liputan oleh Goalpedia.me
