Vitinha: Dari Gagal di Wolves Menjadi Jenderal Lini Tengah PSG

Vitinha: Dari Gagal di Wolves Menjadi Jenderal Lini Tengah PSG

Penyerang Paris Saint-Germain mungkin jadi sorotan utama sepanjang musim gemilang 2024/25, tetapi bagi Luis Enrique, justru Vitinha yang menjadi jantung permainan tim ibu kota Prancis tersebut. Gelandang asal Portugal itu berkembang menjadi salah satu pemain paling vital di skuad, bahkan dinilai sebagai pemain terbaik klub sepanjang musim.

Legenda Belanda, Ruud Gullit, mengaku terkesima dengan kualitas Vitinha, menyebut gelandang berusia 24 tahun itu sebagai “pemain terbaik di Paris Saint-Germain”. “Dia bahkan tak cukup bagus untuk Wolves, sekarang jadi kunci PSG!” ujar Gullit dalam ajang Laureus World Sports Awards.

Namun, bagaimana bisa seorang pemain yang gagal bersinar di Premier League kini jadi salah satu gelandang top dunia? Transformasi luar biasa Vitinha terjadi berkat keteguhan, konsistensi, dan keyakinan besar pada gaya mainnya sendiri.

Awal Karier yang Sulit

Vitinha datang ke Wolves pada 2020 dengan status pinjaman dari Porto. Meski kedatangan sesama pemain Portugal seperti Ruben Neves dan Joao Moutinho tampak menjanjikan, nyatanya ia kesulitan menembus starting XI racikan Nuno Espirito Santo. Total, ia hanya mencatatkan 19 penampilan di semua kompetisi dan gagal meyakinkan manajemen untuk mengaktifkan opsi pembelian senilai €20 juta.

Pelatih Nuno sempat menegaskan bahwa kualitas Vitinha bukan masalah, tetapi kompetisi di lini tengah terlalu ketat. Meski demikian, bagi Vitinha, satu musim di Inggris tetap berperan penting dalam perjalanan kariernya. “Itu adalah tahun pembelajaran yang luar biasa,” ungkapnya kepada The Times.

Keyakinan yang Tak Luntur

Meski gagal di Wolves, kepercayaan diri Vitinha tidak runtuh. Mantan rekan setimnya, Fernando Marcal, bahkan mengungkapkan bahwa Vitinha sudah punya visi besar sejak awal. “Dia bilang akan kembali ke Porto, tampil luar biasa, dan musim berikutnya bermain di salah satu dari delapan tim top Eropa,” kenang Marcal. Dan benar saja, musim 2021/22 di Porto membuktikan kualitasnya. Vitinha bermain 47 kali, membawa klubnya juara domestik, dan musim panas berikutnya direkrut PSG dengan mahar €41,5 juta.

Menjadi Poros PSG

Masuk ke ruang ganti yang berisi nama-nama besar seperti Messi, Neymar, dan Mbappe tentu menjadi tantangan tersendiri. Vitinha sempat mengakui bahwa para penyerang enggan bekerja keras dalam bertahan, membuatnya harus mengambil banyak tanggung jawab tambahan. Bahkan di laga keduanya bersama PSG, ia menolak memberikan umpan ke Mbappe demi pilihan taktis lain—menunjukkan karakter dan kepercayaan diri tinggi.

Perubahan filosofi PSG yang kini lebih fokus merekrut talenta muda menjadi momen tepat bagi Vitinha untuk benar-benar bersinar. Bersama Luis Enrique, ia berkembang menjadi gelandang serba bisa: kuat secara fisik, tangguh mental, dan sangat efisien dalam penguasaan bola.

Pengakuan Dunia

Luis Enrique secara terbuka menyebut Vitinha sebagai pemain paling penting dalam sistemnya. Statistik mendukung klaim tersebut. Dalam dua musim terakhir di Liga Champions, tak ada pemain yang mencatat lebih banyak umpan sukses daripada dirinya (1.965) dengan akurasi mencapai 93,71 persen. Ia juga menduduki peringkat atas dalam hal intersepsi dan perebutan bola.

“Vitinha itu unik,” puji Enrique. “Ia adalah gelandang yang sempurna. Tak hanya andal dalam distribusi bola, tapi juga tahu cara memimpin dan menjaga ritme permainan.”

Penghargaan yang Layak

Dengan performa konsisten di level tertinggi dan peran sentral dalam treble PSG, tak heran jika Vitinha akhirnya mendapat tempat di Klub Kelas Dunia versi GOAL pada tahun 2025. Dari pemain yang nyaris terlupakan di Wolves, kini ia menjelma menjadi salah satu gelandang paling lengkap dan dihormati di Eropa.

Liputan oleh goalpedia.me