Senne Lammens menegaskan dirinya tidak gentar dengan warisan Andre Onana di Manchester United. Kiper muda asal Belgia itu datang dengan tekad kuat untuk membangun karier jangka panjang di Old Trafford dan menorehkan jejaknya sendiri di klub yang pernah melahirkan legenda seperti Peter Schmeichel dan Edwin van der Sar.
Setelah masa sulit di bawah mistar bersama Onana, yang kini dipinjamkan ke Trabzonspor akibat performa inkonsisten, posisi penjaga gawang United kembali mendapat sorotan. Ruben Amorim sempat mencoba Altay Bayindir, namun kiper asal Turki itu gagal memberikan rasa aman di lini belakang.
Hingga akhirnya, pada hari terakhir bursa transfer, United mendatangkan Lammens dari Royal Antwerp seharga £18 juta (€21 juta/$24 juta). Keputusan ini langsung berdampak positif: tiga laga pertama bersama Lammens berakhir dengan tiga kemenangan, satu clean sheet, dan stabilitas yang mulai kembali di pertahanan Setan Merah.
Fokus Bangun Karier Jangka Panjang
Dalam wawancara dengan HLN, Lammens mengaku tidak terpengaruh oleh tekanan besar yang selama ini menghantui setiap kiper Manchester United setelah era David de Gea.
“Ada banyak pembicaraan tentang para kiper di sini selama beberapa tahun terakhir. Saya tidak khawatir tentang itu. Saya ingin menjadi seseorang yang dikagumi, bermain di sini selama sepuluh tahun, dan membangun warisan saya sendiri,” ujar Lammens.
Performa impresifnya membuat suporter Old Trafford cepat jatuh hati. Beberapa bahkan mulai menyebutnya sebagai penerus Schmeichel. Namun, Lammens tetap tenang dan tidak ingin larut dalam euforia.
“Senang mendengar dukungan para fans, tapi saya tidak boleh terlena. Saya masih harus membuktikan diri. Saya baru bertemu Schmeichel setelah pertandingan — dia berpesan agar saya tetap menjadi diri sendiri dan bermain untuk tim. Itu nasihat yang sangat berarti.”
Tetap Tenang di Tengah Tekanan
Lammens memahami betul betapa cepatnya situasi bisa berubah di klub sebesar Manchester United. Ia memilih untuk tidak memusingkan kritik dan hanya fokus pada performa di lapangan.
“Ketika Anda tampil buruk, Anda dikritik. Saat tampil bagus, Anda dielu-elukan. Saya tidak terlalu peduli dengan itu. Yang penting bagi saya adalah menjaga ketenangan. Saya bangga karena pada debut melawan Sunderland, saya bisa tampil tenang dan memberi rasa aman bagi tim.”
Ruben Amorim pun tak segan memberikan pujian kepada anak asuh barunya tersebut.
“Lammens mengejutkan saya dengan adaptasinya yang cepat. Situasi kami sangat sulit, namun dia mampu menghadapinya dengan luar biasa. Ia menunjukkan kedewasaan di usia muda,” ujar sang pelatih.
Namun, Amorim juga mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang.
“Dia belum di level Schmeichel. Tapi dia punya potensi besar. Sekarang tugas kami adalah memastikan konsistensinya di laga-laga berikutnya.”
Tantangan Berikutnya di City Ground
Akhir pekan ini, Lammens akan kembali diuji saat Manchester United bertandang ke markas Nottingham Forest. Di bawah asuhan Sean Dyche, Forest akan menjadi ujian nyata berikutnya bagi sang kiper Belgia yang akan berhadapan dengan kompatriotnya, Matz Sels — kiper yang masuk dalam Tim Terbaik PFA musim lalu.
Bagi Lammens, laga ini bukan hanya soal menjaga gawang dari kebobolan, tetapi juga tentang melanjutkan langkah awal untuk membangun warisan baru di Old Trafford.
Liputan oleh Goalpedia.me
