Foden Berevolusi: Dari Sayap ke Jantung Permainan, Statistik Bicara dan Tantangan Baru di Era Tuchel

Foden Berevolusi: Dari Sayap ke Jantung Permainan, Statistik Bicara dan Tantangan Baru di Era Tuchel

Perubahan besar tengah dialami Phil Foden. Musim 2025/26 bukan sekadar tentang kebangkitan performa, melainkan transformasi peran yang membuat bintang Manchester City itu tampil lebih matang, efisien, dan menentukan. Dari pemain sayap eksplosif, Foden kini menjelma menjadi motor permainan di lini tengah—sebuah evolusi yang tak lepas dari sentuhan taktik Pep Guardiola.

Gol spektakulernya ke gawang Crystal Palace akhir pekan lalu menjadi penegasan bahwa Foden telah menemukan kembali identitas terbaiknya. Namun kali ini, bukan sebagai winger murni, melainkan gelandang bernomor “8” yang mampu mengatur tempo sekaligus menghukum lawan dari jarak jauh. Guardiola bahkan menyebut versi Foden saat ini sebagai “Phil yang kita kenal”, tetapi dengan kedewasaan dan efektivitas yang lebih tinggi.

Peran Baru, Tanggung Jawab Lebih Besar
Musim ini, Foden lebih sering ditempatkan di area sentral. Data menunjukkan mayoritas menit bermainnya dihabiskan sebagai gelandang tengah, sebuah lonjakan signifikan dibanding musim-musim sebelumnya. Ia lebih banyak menjemput bola ke area sendiri, terlibat dalam build-up, dan menjadi penghubung utama antar lini.

Perubahan ini menggeser gaya mainnya. Foden tak lagi mengandalkan dribel panjang untuk menembus pertahanan, melainkan kecerdasan posisi dan distribusi bola. Umpan-umpan panjang dan progresif kini menjadi senjatanya, seiring Manchester City juga berevolusi menjadi tim yang lebih direct dan cepat dalam transisi.

Tetap Tajam Meski Lebih Dalam
Menariknya, peran yang lebih dalam tidak mengurangi ketajaman Foden. Justru sebaliknya. Ia kini lebih selektif dalam menembak, dengan kualitas peluang yang meningkat. Gol-gol jarak jauhnya menjadi ciri khas baru—bahkan menempatkannya di jajaran penembak terbaik Eropa dalam kategori tersebut, hanya kalah dari nama besar seperti Kylian Mbappe.

Kontribusi golnya musim ini menyamai, bahkan melampaui, musim sebelumnya meski dengan jumlah pertandingan yang lebih sedikit. Ini menegaskan bahwa Foden tak perlu selalu berada di kotak penalti untuk menjadi ancaman utama.

Mesin Lari dan Ketahanan Mental
Di balik kreativitasnya, Foden juga menunjukkan etos kerja luar biasa. Ia termasuk pemain dengan jarak tempuh tertinggi di skuad City, aktif membantu fase bertahan dan pressing. Di bawah tekanan lawan, akurasi umpannya tetap tinggi—menjadikannya salah satu gelandang paling tahan banting di Liga Primer.

Tak heran jika ia menjadi target utama pressing lawan. Namun ketenangan dan kualitas tekniknya justru membuat City mampu keluar dari situasi sulit, dengan Foden sebagai poros utama.

Tantangan Bernama Thomas Tuchel
Meski bersinar di level klub, situasi berbeda dihadapi Foden bersama timnas Inggris. Di bawah arahan Thomas Tuchel, menit bermainnya masih sangat terbatas. Persaingan ketat di lini tengah membuatnya belum menjadi pilihan utama, meski fleksibilitas posisinya seharusnya menjadi nilai tambah.

Dengan Piala Dunia 2026 di depan mata, Foden berada di persimpangan penting. Jika performa impresifnya bersama City terus berlanjut, tekanan publik dan fakta di lapangan bisa memaksa Tuchel memberi ruang lebih besar bagi sang gelandang serbabisa.

Transformasi Foden bukan sekadar adaptasi taktik, melainkan bukti kedewasaan seorang pemain yang kini memahami permainan secara utuh. Dari sayap ke jantung permainan, dari dribel ke distribusi, dari talenta muda ke pemimpin lapangan—Foden tengah menulis babak baru dalam kariernya.

liputan oleh Goalpedia.me

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *