Kisah hidup Ivan Klasnic adalah pengingat pahit bahwa kejayaan di lapangan hijau tak selalu sejalan dengan kebahagiaan di luar sana. Mantan striker tim nasional Kroasia dan eks bintang Liga Primer itu kini hidup dengan ancaman kematian setiap hari — akibat kerusakan ginjal permanen yang, menurutnya, berasal dari obat-obatan yang diberikan oleh klub lamanya.
Hidup di Bawah Bayang-Bayang Kematian
Dalam sebuah film dokumenter Jerman terbaru, pria berusia 45 tahun itu mengungkapkan bahwa ia bisa meninggal kapan saja. “Saya harus bersyukur masih hidup, meskipun saya sakit dan bergantung pada obat setiap hari,” katanya dengan nada pasrah.
Klasnic telah menjalani tiga kali transplantasi ginjal selama dua dekade terakhir — perjuangan panjang yang tak hanya menghabiskan tenaga, tapi juga menyisakan trauma fisik dan mental yang dalam.
Kisahnya membuka sisi gelap dunia sepak bola profesional, di mana tubuh atlet sering kali menjadi korban dari sistem yang menuntut performa tanpa batas.
Akar Masalah: Resep Obat yang Merusak
Klasnic menuding staf medis klub lamanya, Werder Bremen, sebagai penyebab utama kerusakan ginjalnya. Ia menegaskan bahwa penggunaan obat pereda nyeri dalam dosis tinggi secara terus-menerus memperburuk kondisi ginjal yang seharusnya sudah mendapat perhatian medis sejak awal.
“Kalau saja saya tahu ginjal saya bermasalah, saya tidak akan pernah meminumnya,” ungkap Klasnic penuh penyesalan.
Menurut catatan, masalah ginjalnya pertama kali terdeteksi pada 2007, ketika ia tiba-tiba mengalami gagal ginjal dan membutuhkan transplantasi darurat. Namun, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa tes medis tahun 2002 sudah memperlihatkan adanya kelainan — yang diabaikan oleh dokter klub.
Keadilan yang Datang Terlambat
Klasnic kemudian menempuh jalur hukum melawan Werder Bremen dan dua dokter klub. Setelah proses panjang bertahun-tahun, pengadilan akhirnya memutuskan pada 2020 bahwa kedua dokter tersebut lalai dan memerintahkan pembayaran ganti rugi sebesar £4 juta (sekitar Rp88 miliar).
Namun bagi Klasnic, kemenangan itu tak pernah terasa manis.
“Tidak ada jumlah uang yang bisa menggantikan kesehatan saya,” katanya tegas.
Budaya Obat dalam Dunia Olahraga
Klasnic kini menjadi suara lantang dalam mengkritik budaya penggunaan obat di kalangan atlet profesional. Ia menyebut, di level tertinggi olahraga, penggunaan obat pereda nyeri nyaris menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas pemain.
“Sulit bermain tanpa obat. Saya tidak yakin ada atlet profesional mana pun yang benar-benar bisa tampil tanpa itu,” ujarnya.
Pernyataan tersebut memperlihatkan sisi gelap industri olahraga yang jarang dibicarakan — di mana rasa sakit dianggap normal dan kesehatan pribadi sering dikorbankan demi performa dan kemenangan.
Mengenang Karier Seorang Pejuang
Sebelum penyakit menggerogotinya, Ivan Klasnic dikenal sebagai salah satu penyerang paling tajam dari Kroasia. Ia mencetak 24 gol dalam 93 laga untuk Bolton Wanderers di Liga Primer Inggris antara 2009–2012, dan membantu Werder Bremen meraih gelar Bundesliga dan DFB-Pokal pada masa jayanya.
Bersama tim nasional Kroasia, ia tampil 41 kali dan mencetak 12 gol, menjadi bagian penting dari generasi yang membawa negaranya bersinar di kancah internasional.
Namun, di balik semua pencapaian itu, kisah Klasnic kini berdiri sebagai pengingat pahit: bahwa di balik sorotan kamera dan trofi, ada tubuh-tubuh yang hancur oleh tuntutan yang tak manusiawi.
Liputan oleh Goalpedia.me
