Keluarga Glazer akhirnya membuka peluang menjual Manchester United — namun dengan harga yang dianggap di luar nalar: £5,2 miliar atau sekitar Rp115 triliun. Nilai ini lebih dari dua kali lipat estimasi pasar klub yang saat ini berada di kisaran £2 miliar.
Harga Sebuah Kekuasaan
Sejak mengambil alih Manchester United pada 2005 dengan nilai £790 juta, keluarga Glazer terus menjadi sasaran kemarahan suporter. Meski gelombang protes tak pernah surut, mereka tetap mempertahankan kendali penuh atas klub.
Laporan The Mirror menyebut, Glazer percaya nilai MU akan melonjak tajam begitu proyek renovasi Old Trafford dimulai. Mereka bahkan disebut telah menolak tiga pendekatan serius dari calon pembeli, termasuk salah satunya dana investasi negara asal Teluk. Namun, sumber internal klub mengonfirmasi bahwa “pintu masih terbuka” untuk penawar yang tepat.
Turki Al-Sheikh Muncul Sebagai Kandidat Utama
Nama Turki Al-Sheikh, miliarder Arab Saudi yang dikenal aktif di dunia hiburan dan olahraga, muncul sebagai calon pembeli potensial. Ia dikabarkan sudah memasuki tahap akhir negosiasi dengan pihak klub, meski belum ada konfirmasi resmi dari keluarga Glazer.
Bagi Al-Sheikh, Man United menawarkan kombinasi unik antara prestise global dan potensi bisnis besar. Namun membujuk keluarga Glazer melepaskan 48,9 persen saham kendali jelas bukan perkara mudah.
Dalam unggahan di media sosialnya, Al-Sheikh menulis singkat: “Kabar terbaik hari ini adalah bahwa Manchester United sedang berada di tahap akhir menuju kepemilikan baru — semoga lebih baik dari sebelumnya.”
Jejak Tawaran yang Pernah Gagal
Drama akuisisi bukan hal baru bagi Manchester United. Pada 2024, Sheikh Jassim Al-Thani dari Qatar sempat menawar lebih dari £5 miliar namun mundur setelah negosiasi tak kunjung berujung. Sebaliknya, Glazer justru menjual 27,7 persen saham ke miliarder Inggris Sir Jim Ratcliffe melalui grup INEOS.
Ratcliffe membayar sekitar £1,25 miliar untuk kendali operasional sepak bola klub, bahkan sempat berkomentar sinis soal tawaran Qatar yang gagal:
“Hingga kini tak ada yang pernah melihat Sheikh Jassim. Glazer pun tak pernah bertemu dengannya… saya bahkan tak yakin dia benar-benar ada.”
Tekanan Finansial dan Daya Tarik Timur Tengah
Meski masih menjadi salah satu klub dengan pendapatan tertinggi dunia, Manchester United kini menghadapi tekanan finansial berat setelah gagal lolos ke kompetisi Eropa. Klub kehilangan sekitar £100 juta potensi pemasukan dan sedang mempertimbangkan tur ke Timur Tengah demi menutup defisit.
Arab Saudi disebut menjadi destinasi utama dengan potensi pemasukan £5 juta per laga. Rencana partisipasi dalam Riyadh Season Cup menghadapi Al-Nassr dan Al-Hilal, serta laga eksibisi kontra Saudi All-Star XI, tengah disusun.
Glazer Ingin Uang Tunai, Bukan Janji
Secara publik keluarga Glazer kerap berbicara soal “komitmen terhadap masa depan klub”, namun langkah finansial mereka justru menunjukkan sebaliknya. Klub mencatat rekor pendapatan £670 juta, tapi tetap melakukan pemutusan kontrak besar-besaran dan mencari investor baru.
Salah satu opsi yang dibuka adalah menjual sebagian saham kepada konsorsium Saudi untuk membiayai pembangunan stadion baru. Namun dengan label £5,2 miliar, langkah itu masih terasa seperti mimpi mahal.
Jika ada pihak yang berani menebus harga tersebut — entah Turki Al-Sheikh atau calon lain — maka era Glazer di Old Trafford bisa berakhir dengan keuntungan terbesar dalam sejarah sepak bola modern.
Untuk saat ini, para pendukung Manchester United hanya bisa menunggu, berharap babak baru klub segera dimulai — tanpa bayang-bayang keserakahan dan tarik-ulur kekuasaan.
Liputan oleh Goalpedia.me
