Kemasi Barangmu, Jack Grealish! Pencoretan di Final Piala FA Jadi Titik Akhir – Winger Inggris Harus Segera Tinggalkan Man City Demi Masa Depannya

Kemasi Barangmu, Jack Grealish! Pencoretan di Final Piala FA Jadi Titik Akhir – Winger Inggris Harus Segera Tinggalkan Man City Demi Masa Depannya

Jack Grealish telah memberikan segalanya untuk beradaptasi di bawah asuhan Pep Guardiola, bahkan rela mengubah gaya bermain alaminya demi sistem. Namun, ketika pengorbanan tak dibayar dengan kepercayaan, inilah saatnya untuk pergi.

Laga kandang terakhir Manchester City musim ini kontra Bournemouth pada Selasa (20/5) menjadi panggung perpisahan untuk Kevin De Bruyne. Tapi, di balik sorotan terhadap sang maestro Belgia, ada kisah kelam yang mengintai—tentang Jack Grealish, pemain yang kian tersingkir dari rencana Pep Guardiola.

Bahkan setelah kekalahan menyakitkan City di final Piala FA melawan Crystal Palace, yang menyorot pentingnya pembaruan skuad, tak banyak yang membicarakan nasib Grealish. Padahal, justru dialah yang paling butuh jalan keluar dari Etihad.

Tanda-Tanda Akhir dari Grealish

Bernardo Silva dengan gamblang menyebut “sesuatu harus berubah” pasca kekalahan di Wembley. Gundogan dan Ederson dirumorkan akan menyusul De Bruyne pergi. Tapi Grealish? Ia bahkan tidak mendapat tempat di bangku cadangan final, meski telah tampil di seluruh laga menuju final tersebut. Bayangkan, Grealish harus melihat Savinho, Doku, bahkan debutan Claudio Echeverri dipilih lebih dulu. Guardiola jelas telah membuat keputusan.

Alan Shearer menyimpulkan dengan tegas di podcast The Rest is Football: “Waktunya habis di Man City, ia harus pergi.”

Statistik yang Membunyikan Alarm

Grealish hanya mencatat tujuh starter di Premier League musim ini, dengan total menit bermain tak sampai 800 menit. Ini adalah statistik terendahnya sejak 2013/14, ketika ia masih remaja di Aston Villa. Dua gol, dua assist dalam dua musim? Jelas bukan angka yang cukup untuk pemain yang pernah jadi rekor transfer Inggris.

Yang menyakitkan, pengorbanan Grealish untuk menjadi pemain “sistem” justru berbuah penyingkiran. Ketika Doku datang dan diberi kebebasan penuh untuk bermain lepas, Grealish malah terus dikekang.

Guardiola: Tak Banyak Ruang Untuk Kedua Kesempatan

Guardiola jarang memberi kesempatan kedua. Contohnya Kalvin Phillips, Joao Cancelo, bahkan nama besar seperti Zlatan Ibrahimovic dulu pun tak bertahan. Meski Pep sempat menyatakan ingin melihat “Jack yang menjuarai treble” kembali, nyatanya Grealish tetap diabaikan.

Micah Richards pernah bilang, “Saya tak melihat Jack yang sebenarnya.” Dan itu benar—Grealish terlalu hati-hati, terlalu banyak kompromi, terlalu bukan dirinya sendiri.

Demi Timnas, Demi Harga Diri

Grealish sudah kehilangan tempatnya di skuad Inggris pada jeda internasional Maret lalu. Dan jika tak segera hengkang dari City, mustahil baginya untuk kembali.

Usianya hampir 30 tahun. Inilah waktu untuk bertindak. Ia bisa mencontoh Rashford, yang memulihkan kariernya lewat peminjaman ke Aston Villa. Atau Asensio yang kembali bersinar setelah pindah. Bahkan opsi ke luar negeri—La Liga, Serie A, hingga MLS—layak dipertimbangkan. MLS bisa memberinya panggung besar dan kehidupan baru, terutama dengan daya tarik komersial yang ia miliki.

Kesimpulan Goalpedia.me

Grealish perlu berhenti mempertahankan tempat yang sudah tidak menerimanya. City sudah selesai dengan Jack, dan Jack pun seharusnya selesai dengan City. Masih ada waktu untuk menyelamatkan karier, tapi hanya jika ia berani pergi—sekarang juga.

Kemas barangmu, Jack. Tinggalkan Etihad. Buka lembaran baru.
Goalpedia.me