Perjalanan Panjang Declan Rice: Dari Anak yang Dilepas Chelsea Hingga Menjadi Salah Satu Gelandang Termahal Dunia

Perjalanan Panjang Declan Rice: Dari Anak yang Dilepas Chelsea Hingga Menjadi Salah Satu Gelandang Termahal Dunia

Tidak semua bintang besar lahir dari jalan yang mulus. Kisah Declan Rice menjadi salah satu bukti paling nyata bahwa kegagalan di usia muda tidak menentukan akhir karier seseorang. Dari dilepas Chelsea pada usia 14 tahun hingga kini menjadi salah satu gelandang paling berpengaruh di Inggris, perjalanan Rice adalah rangkaian pembuktian tanpa henti.

Dianggap tidak cukup berkembang secara fisik saat berada di akademi Chelsea, Rice harus menghadapi kenyataan pahit ketika mimpi masa kecilnya terhenti lebih cepat dari yang ia bayangkan. Namun, keputusan itu justru menjadi awal dari babak baru yang mengubah seluruh masa depannya.

Pukulan Usia Muda dan Telepon yang Mengubah Semangat

Rice masih berusia belasan tahun ketika ia mendengar kabar bahwa Chelsea melepasnya bukan karena kemampuan, melainkan bentuk tubuh dan cara berlarinya yang dinilai kurang meyakinkan. Penolakan ini tentu mengecewakan, terlebih bagi seorang anak yang telah menghabiskan tujuh tahun berlatih di satu tempat yang ia anggap sebagai rumah kedua.

Di tengah rasa hancur itu, sebuah telepon dari John Terry memberi secercah harapan. Mantan kapten Chelsea tersebut mendorong Rice untuk tetap percaya pada dirinya sendiri dan tidak berhenti mengejar mimpi. Dukungan itu menancap kuat dalam ingatan Rice—bukan hanya memberi dorongan mental, tetapi juga menanamkan keyakinan bahwa dirinya memiliki sesuatu yang layak diperjuangkan.

Steve Willmore, guru olahraga Rice, menyaksikan bagaimana muridnya itu menolak untuk tenggelam dalam kekecewaan. Rice memilih bangkit, mengambil langkah berani dengan pindah ke akademi West Ham, dan meninggalkan zona nyaman demi kesempatan kedua.

Wenger Melihat Sesuatu yang Berbeda

Perjalanan Rice di West Ham membuka mata banyak orang, termasuk Arsene Wenger. Dalam sebuah pertandingan kelompok usia, Wenger yang hadir sebagai penonton langsung menandai Rice sebagai pemain dengan kualitas spesial—padahal saat itu Rice bermain sebagai bek tengah, posisi yang baru saja ia coba.

Eksperimen tersebut ternyata menjadi salah satu fondasi penting dalam perkembangan karier Rice. Bermain dari belakang memberinya pemahaman taktis yang tajam, membaca permainan dengan lebih luas, dan mengembangkan ketenangan dalam membawa bola. Ketika ia kembali ditempatkan sebagai gelandang bertahan, kemampuan itu saling melengkapi dan membuatnya tampil berbeda dibanding pemain seusianya.

Pujian Wenger menjadi validasi awal bahwa Rice memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi pemain top.

Menanjak Bersama West Ham

Jalan Rice di West Ham tidaklah instan. Ia harus membuktikan diri berulang kali, bahkan sempat hanya mendapatkan kontrak beasiswa saat rekan-rekannya sudah mendapatkan kontrak profesional. Namun, situasi itu justru membuatnya bekerja lebih keras.

Performa solidnya dalam sebuah turnamen di Belgia membuatnya menarik perhatian Slaven Bilic dan dipanggil ke tim utama. Mark Noble, ketika itu kapten West Ham, langsung melihat kematangan yang melebihi usia Rice. Meski sempat melakukan beberapa kesalahan di Premier League, ia belajar cepat dan konsisten memperbaiki diri.

Hingga akhirnya Rice dipercaya mengenakan ban kapten dan memimpin West Ham meraih trofi Liga Konferensi Eropa—gelar pertama klub tersebut dalam lebih dari 40 tahun.

Arsenal dan Level Baru dalam Karier

Keberhasilan Rice di West Ham membuat klub-klub besar berminat. Arsenal akhirnya memenangkan perburuan dengan transfer senilai £105 juta, menjadikannya rekrutan termahal dalam sejarah klub.

Bagi Rice, bergabung dengan Arsenal bukan sekadar kepindahan, melainkan langkah strategis. Ia terpikat oleh visi Mikel Arteta dan ambisi jangka panjang klub. Dari hari pertama, ia langsung menjadi bagian penting dari sistem permainan Arsenal dengan kontribusi besar baik dalam bertahan maupun membangun serangan.

Kemampuannya mengontrol tempo, melakukan intersep, dan menjadi jembatan transisi membuatnya cepat menjadi pemain kunci. Tidak sedikit yang mulai membandingkannya dengan sosok seperti Bobby Moore—sebuah indikasi tingginya penghargaan terhadap kualitas dan mentalitasnya.

Inspirasi bagi Generasi Muda

Kisah Declan Rice bukan hanya tentang sepakbola. Ini adalah cerita tentang menerima kegagalan, membangun kembali kepercayaan diri, dan mengejar peluang yang muncul dari ketidakpastian. Banyak pelatih muda menggunakan perjalanan Rice sebagai contoh bahwa penolakan di usia muda tidak mendefinisikan masa depan.

Rice menunjukkan bahwa kerja keras, keberanian mengambil risiko, dan resiliensi adalah pondasi penting dalam meraih impian. Dari anak yang dianggap tidak cukup berkembang oleh Chelsea, hingga menjadi pemimpin di Premier League dan timnas Inggris, Rice menggambarkan bahwa kesuksesan adalah hasil dari proses, bukan hadiah instan.


liputan oleh Goalpedia.me